One Day Trekking Mount Munara
Kali ini gue eksplor lagi gunung yang bisa tek-tok dalam sehari. Berawal dari rencana-rencana yang dibahas di grup WA yang ujung-ujungnya menguap sebagai wacana saja, akhirnya gue, Tijo, Tya n Ilham sepakat abis nyoblos (Pilkada DKI 2017 putaran 1) kami jalan ke Gunung Munara. Janjian di Depok jam 9, kira-kira jam 9.30 kami start dari Depok. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, sampailah di basecamp Gunung Munara. Setelah bayar tiket dan parkir, trekking dimulai.
View from Munara |
Puncak kok ada warung? |
Gunung Munara landscape |
Wefie in front of welcoming signage |
This is Munara |
Wefie on top |
Track licin dan basah
Hari itu cuaca cukup cerah, namun awan mendung tetap terlihat meski tidak merata. Start dari basecamp, kami menyeberangi sungai melalui jembatan bambu. Terdapat 2 jembatan, besar dan kecil, yang besar letaknya jauh di atas permukaan air sungai, sedangkan yang kecil letaknya cukup dekat dengan permukaan air sungai. Pada saat start trekking ini kami melalui jembatan besar. Lewat jembatan besar, kami melewati jalan setapak di samping kebun penduduk yang berpagar. Track menanjak pun mulai terlihat, tidak berapa lama jalan menanjak, kami banyak menemukan aliran air di sepanjang track, karena track didominasi oleh tanah, maka kamipun harus berhati-hati dalam melangkah karena cukup licin dan basah. Karena tanah bercampur dengan air, jadilah lumpur, untunglah kami memakai sepatu, jadi aman biarpun sepatu nantinya akan menjadi korban track berlumpur. Kotor sudah jadi risiko. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan beberapa rombongan lain yang terlihat memakai sandal, bahkan kemudian melepas sandalnya dan nyeker (hadeuh, gak takut kaki cedera apa ya?). Sampai di puncak, sepatu kami pun sudah kotor oleh tanah. Sekitar 1 jam di puncak, kami memutuskan turun sebelum hujan turun, dan tak disangka hujan turun setelah turunan dari puncak, kami pun berteduh, eh ternyata penipuan, gak sampe 2 menit sudah reda kembali, hadeuh, tapi gapapa tungitung persiapan hujan, masukin baju putih, masukin kamera, sama pasang rain cover. Kami pun melanjutkan turun gunung hampir tanpa jeda. Sampai bawah kami sempat bersih-bersih sepatu di sungai. Sampai di parkiran kami berganti pakaian dan bebenah, sepatu otomatis kotor penuh lumpur sekalipun sudah dibersihkan di sungai. Buat kalian yang punya rencana main ke Gunung Munara, ada baiknya ke sana pas musim hujan telah berlalu, pakailah sepatu yang memiliki grip mumpuni dan sediakan uang yang cukup dan sedia receh karena sepanjang jalur suka dimintai sumbangan sukarela.
Jembatan utama |
Jalur awal |
Berbatu |
Jalur air |
Break for a while |
Wefie under the tree |
Nanjak dan nanjak |
Antara gua dan pohon besar |
Ta raaaa...!!! |
Under the tree |
Under the light |
Sands mining view |
Banyak souvenir
Nah yang gue maksud souvenir di sini bukan barang ya guys.. Souvenir yang gue maksud bisa jadi barang, bisa jadi gambar hasil jepretan kamera, bisa jadi memori ataupun lainnya yang bisa dikenang/diingat. Nah apa aja souvenir yang bisa gue, Tya, Kartika (Tijo) n Ilham dapet di Gunung Munara? Nih gue kasih list-nya:
- Kesan banyak pungutan - Iya, jadi selama trekking di Gunung Munara yang hanya memakan total waktu sekitar 4 jam, kami harus mengeluarkan uang beberapa kali. Jalan masuk desa yang hanya cukup untuk 1 mobil, basecamp (untuk tiket masuk + parkir), sumbangan sukarela 1, sumbangan sukarela 2, open area yang ada penjaga (kali ini katanya untuk kebersihan tetapi dimintai harga yang sama dengan tiket masuk dan dihitung per orang), dan yang terakhir tip untuk penduduk yang jaga parkir (yang terakhir ini sih sukarela dan gak masalah). Total pengeluaran hampir 80 ribu untuk 4 orang, klo di-compare sama Gn. Lembu, 4 orang dan 1 mobil akan keluar biaya 50 ribu.
- Tanah di sepatu - Track yang didominasi tanah yang bercampur air memaksa sepatu kami bergelut dengan lumpur dan tanah basah, walhasil naik maupun turun gunung, sepatu kami tidak terbebas dari tanah yang debel.
- Gambar-gambar ciamik - Untuk sebuah gunung yang pendek, Gunung Munara cukup menawarkan beberapa spot yang ciamik, mulai dari hutan bambu, gua yang diselimuti pohon besar, batu-batu besar, open area yang amazing dan juga puncak yang cakep. Dengan adanya itu semua, lumayan, gambar-gambar yang didapet cukup ciamik.
- Celana sobek (yang satu ini si Tya aja yang dapet, ehehe) - Gak tau gimana ceritanya, pokoknya pas kami berempat sudah sampe sungai (dekat basecamp), si Ilham yang ngeh klo celananya Tya sobek di bagian belakang, jeng-jeng.. Akhirnya Tya pun menutupinya dengan jaket yang dibawa. Sesampainya di mobil, dese langsung ganti dengan celana cadangan.
- Keseruan bareng anak-anak lokal yang berenang n salto di sungai - Yang satu ini seru nan epic sekaligus menutup perjalanan kami di Gunung Munara. Jadi begitu sampai sungai kami disambut dengan pemandangan anak-anak lokal yang sedang asik berenang dan bolak-balik melompat ke air dari jembatan, wuih segerrr n seruuu banget. Klo aja gue bawa daleman dan celana cadangan, so pasti gue bakal ikutan nyebur. Tapi dengan melihat keseruan dan kebahagiaan mereka, terlebih mereka melepaskan seluruh pakaiannya a.k.a telanjang, kami yang melihatnya pun turut bahagia, kami pun beberapa kali mengabadiakannya dengan kamera dan hp (gambar maupun video). Sebelum cuss dari sungai, sembari kami membersihkan sepatu kami dari tanah, Ilham tetiba inisiatif bikin kompetisi kecil, anak-anak lokal tersebut kami suruh loncat bareng-bareng dengan gayanya masing-masing, yang paling cakep, dikasih duit goceng. Mereka pun semangat kemudian, byurrrr.. Dengan memutar kembali video yang didapat kamipun memutuskan siapa yang jadi pemenangnya. Pas mau jalan dari sungai gue coba-coba rogoh kantong, ternyata ada receh, ya udah gue kasih aja itu receh ke anak-anak itu, ya itung-itung hadiah hiburan buat yang gak menang.
- Makan kenyang, enak, murah - Sekitar 20 menit berkendara dari Gunung Munara menuju Depok, kami mampir ke rumah makan yang tidak disangka-sangka. Sempat pasrah karena hujan mau makan di RM. Padang aja atau skalian di Depok, eh gara-gara melihat duren dan juga es kelapa (dari turun Gunung kami juga diskusi kayanya enak nih makan duren n minum es kelapa), kami jadi melipir dan malah makan di rumah makan di seberang lapak duren dan es kelapa tadi. Nama rumah makannya Nambah Donk (kocak yak?), sederhana dan menunya khas Sunda. Setelah duduk dan pesan, kemudain memasukkan makanan ke mulut, wew, ternyata rasanya gokil, authentic Sundanese! dari otak-otak yang kami makan sebelum makan besar, sampai lauk pauk yang kami pesan, semuanya maknyusss.. Semuanya ludes kami santap. Dan yang paling oke harganya, kami berempat makan sebanyak itu, tidak sampai 200 ribu (sila cek apa saja yang kami makan di gambar yang gue share di bawah).
Best day of my life |
#HARAPMAKLUM |
Indonesia tanah air beta |
Sesi pemotretan |
In between |
Two girls with 'grande' view |
Grow together, friends forever |
Interaction with local kids |
Meaning of happiness |
Markimak, mari kita makan |
RM. Nambah Donk |
The menu: authentic Sundanese |
Komentar
Posting Komentar