Berziarah ke Sendangsono

Sepertinya sudah puluhan tahun sejak terakhir kalinya gue menginjakan kaki ke tempat satu ini. Bahkan gue juga lupa kapan terakhir ke sini, kayanya pas almarhum Bokap masih ada, sampai saat sekarang gue nulis ini aja uda 8 tahun lebih Bokap enggak ada. Rasa kangen mungkin yang mengembalikan gue ke tempat ini.

Gereja St. Maria Lourdes Promasan

The candles

Gua Maria


Bersama Keluarga Seberang Pulau

Kebetulan pas kelar acara 1.000 hari-an mbah Putri n 1 tahun mbah Kakung, gue dan keluarga Jakarta udah rencana rental mobil. Dan karena ada keluarga seberang pulau (pakde n bude kakak kandung nyokap + ponakan juga pakde n bude sepupu nyokap) kami pun mengarahkan tujuan kami ke Gua Maria Sendangsono. Kami yakin mereka pun sudah lama tidak ke sini. Perjalanan pun dimulai dari Bantul menuju Kulon Progo. Setelah beberapa jam dan mengalami beberapa halangan kecil (kesenggol kaca spion pengendara motor - untung masih aman, nyasar sampe ke desa yang jalannya super sempit - pas buat 1 mobil, jalan naik turun, jembatan berportal sempit, dan mobil yang gak kuat tanjakan - maklum mobil isi 8 1/2 orang) akhirnya sampai tujuan. Jalan menuju Gua Maria dan kami pun berdoa rosario bersama kemudian mengabadikan momen dan tak lupa mengambil air sendang.

View dari jalan menuju Sendangsono

Bunda Maria

Iconic architecture


Way to Gua Maria and Sendang

Calm place

Taman Jalan Salib


Mampir Ke Resto Jejamuran

Setelah selesai berziarah kami ingin mengajak keluarga untuk kulineran, dan tujuan kulineran kali ini adalah Jejamuran. Yap, sebuah resto yang punya konsep unik dan masih ngehits hingga saat ini. Ini sebenarnya kali kedua buat gue kulineran ke sini, dulu pertama kali ke sini gue bareng sama temen kantor gue, Rani, di tengah trip ke Kalibiru dan Prambanan gue n Rani mampir ke resto satu ini. Nah ternyata resto mengalami beberapa perubahan, parkiran yang fully ditempatkan di seberang resto dan juga perluasan resto dan beberapa tambahan aksen pada interiornya. Urusan menu-menu dan rasa masih sama dan gak berubah, mantapp lah.. Keep it up ya resto Jejamuran!

Family

Getting holy water

Father, we lift You up in a prayer


Take a look at the menu

Mushroom family

Hot Spot


Nah kira-kira abis ini gue mau kemana lagi sama keluarga gue? Mau ziarah kemana lagi? mau kulineran kemana lagi? Kemana lagi ya? Mau kemana aja boleh.. 







Share

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raminten: A Character Becomes A Brand

Gambar
Buat yang pernah/sering maen ke Jogja pasti familiar banget sama nama ini. Namanya setenar Mirota dan memang kedua brand tersebut (Mirota dan Raminten) pemiliknya sama (salut dah sama Om Hamzah yang bisa ngebangun dua brand yang seimbang ketenarannya). Buat kalian yang belum pernah ke Jogja apalagi maen ke Raminten ini, baca deh posting an gue satu ini (atau posting an lain karya travel blogger lainnya mengenai tempat satu ini), biar ngerti kenapa tempat satu ini bisa tenar. Nama Raminten Nama Raminten itu sendiri memang terdengar unik dan juga khas Jawa. Artinya apa sih? Nah tanya sendiri ke owner -nya dah biar tau arti, makna dan filosofinya. Tapi klo yang singkatnya sih, Raminten itu tokoh yang diperankan sang pemilik di sitkom televisi lokal Jogja, bentukannya ya laki-laki yang berdandan seperti perempuan (boleh aja klo lo bilang kaya Tessy, sah aja klo lo bilang kaya waria, yang paling penting lo dapet gambarannya). Dari namanya yang ‘eye catching’ dan juga ‘ear catchin...
Baca selengkapnya

Temple of Leah

Gambar
Iya ini adalah salah satu spot yang masuk dalam itinerary gue n Tya. Temple of Leah sebenarnya bukanlah situs atau peninggalan suatu peradaban, melainkan hanya sebuah bangunan yang didedikasikan untuk Leah Villa Albino-Adarna oleh suaminya Teodorico Adarna. Bangunannya sama sekali tidak mencerminkan negara Filipina, bisa dibilang hampir seluruh unsur bangunannya bernuansa Yunani. Dengan tampilan serba besar dan mewah, dari mulai pilar, patung serta segala ornamen yang ada, bangunan ini tampaklah menarik dan mecncolok, belum lagi lokasinya yang berada di ketinggian (bisa dibilang top of Cebu City), maka bangunan ini semakin menarik perhatian. Gue sendiri kurang tahu ini bangunan sejak kapan dibuka untuk umum karena sebenarnya ini bangunan sepertinya untuk kepentingan pribadi, tapi satu yang pasti sampai pas tempo hari gue ke sana pun, belum seluruh bangunan kelar, tapi mayan lah beberapa spot tetep instagramable kok.. The Temple Guardian angel Leah View in...
Baca selengkapnya

Masjid Jamek Area

Gambar
KL lagi KL lagi.. Kayanya jadi kota favorit transit gue ini kota. Antara emang harus dan suka sik sebenernya, harus karena gue hampir selalu menggunakan jasa low cost airlines asal negeri jiran dan emang sebagian besar rute termurah adalah via KLIA. Nah selain keharusan, gue pun mengakui kalo gue suka sama kota ini, pertama-tama karena sistem transportasi yang sudah mumpuni seperti Singapura, kedua karena ragam kulinernya yang punya banyak aneka, dan yang ketiga mirip-mirip Jakarta auranya, so berasa di rumah sendiri. Semua itu kayanya gak lepas karena letak geografis dan demografi kotanya. Dekat dari Singapura, etnis serta budaya Melayu-Cina-India yang melebur jadi daya tarik tersendiri kota ini. Kuliner fusion Melayu-nya amat cocoklah buat orang Indonesia. Nah kali ini, setelah trip dari Cebu buat nonton Sinulog Festival , daerah yang gue sambangin di KL buat transit adalah Masjid Jamek. Dari namanya sudah hampir dipastikan bahwa daerah ini didominasi oleh nuansa Islam. Dan emang...
Baca selengkapnya