Lovina dan Banjar

Pernah dengar Lovina? Klo buat yang sering main ke Bali tentunya udah gak asing. Nah gimana klo Banjar? Udah pernah denger? Sepertinya nama Banjar gak sepopuler Lovina. Lovina dan Banjar ini adanya di Bali belahan utara. Lovina adalah pantai yang terkenal dengan pertunjukan lumba-lumba liarnya. Sedangkan Banjar merupakan nama tempat permandian air panas.

Pantai Lovina

Wisatawan baik domestik maupun mancanegara klo ke Lovina dapat dipastikan mereka punya agenda utama ‘dolphin watching’. Memang sedari dulu Lovina ini terkenal sebagai pantai untuk melihat lumba-lumba liar dari dekat. Untuk dapat melihat lumba-lumba dari dekat, sewa jukung (kapal kecil yang hanya muat maksimal 4-5 orang) jadi satu-satunya cara untuk melakukan kegiatan tersebut. Jujur, pas ke sini gue excited banget, cuma kelar ‘dolphin watching’ yang muncul adalah perasaan ‘unsatisfied’. Ya mungkin lagi kurang beruntung apa emang jukungnya yang lambretta (lama betul) jalannya, gue gak bisa liat banyak lumba-lumba. Tapi biarpun begono, gue cukup terhibur dengan panorama sunrise yang ada. Cukup indah menurut gue. Nah di balik trip Lovina ini, ada secuil cerita gokil yang buat gue jadi unforgettable moment (behind the scene nih ceritanya). Gue dan temen-temen kantor gue (Alit, Johan, Andy dan mas Iwan) berangkat menuju Bali utara hari Sabtu sore-sore sepulang kerja. Kami berangkat dari kosan gue di Dalung, gak tau kenapa hari itu gue rempong bener, kekeuh bawa galon aer gegara takut gak nemu swalayan 24/7 di perjalanan (kekuatiran berlebihan) dan sampe kota Singaraja udah tengah malem. Cari-cari hotel bener-bener gak nemu, ya uda akhirnya melipir ke warung buat makan tengah malam. Setelah makan akhirnya di sekitar Lovina dapet hotel yang murah(an) yang biasa dipake buat short time. Ngehek, cape-cape jalan dari selatan dapetnya hotel ‘esek-esek’ seharga 20 ribu semalem. Kami berlima sewa dua kamar yang ujung-ujungnya gak bisa dipake buat tidur karena kamar yang rada-rada (silakan ngebayangin sendiri kaya apa rasanya, klo gak kebayang malah bagus, haha). Akhirnya itu kamar cuma dipake buat rebahan beberapa jam sampe menjelang subuh dan subuh-subuh pun kami check out sekalian menuju pantai Lovina buat ‘dolphin watching’ (what an unforgettable moment, ckckck..).

Sunrise at Lovina 

See their expression?

The Jukungs

Could you spot dolphin tails?

Anjing laut apa anjing pantai?

Andy-mas Iwan-me-Johan-bli Alit


Permandian Air Panas Banjar

Banjar jadi persinggahan kami selanjutnya di trip ini. Gak direncanain, tapi sesuatu banget kami sampai di tempat yang satu ini. Selesai ‘dolphin watching’ di Lovina, kami bersiap untuk kembali ke selatan, tapi gak seru kalo lewat jalur kami berangkat, so kami memutuskan untuk lewat Bali bagian barat sebagai track pulang. Nah ternyata dalam perjalanan menuju barat (macam Kera Sakti sama sang guru Tong Sam Cong aja), kami melihat ada pelang arah permandian air panas Banjar, kami pun memutuskan untuk mampir. Kayaknya boleh juga mandi aer panas, itung-itung ngilangin racun yang kami dapat dari hotel 20 ribu. Parkir mobil, jalan sedikit, sampailah kami di permandian, dan nggak nyangka banyak juga pelancong yang datang ke sini. Tanpa pikir panjang, ganti baju langsung nyemplung kolam dan juga nikmatin pancuran yang ada. Segeeerr, berasa detoks, badan bersih dan sehat. Tapi permandian air panas Banjar ini gak se-epic Toya Bungkah (ya beda kelas dan harga juga sih..). Airnya berwarna hijau tosca khas belerang dan juga berbau, pun view-nya kalah dengan Toya Bungkah. Namun tempat ini tetap recommended buat kalian para pelancong, karena dari cerita yang beredar, air panas Banjar ini memiliki kekuatan magis dan juga berkhasiat. Percaya gak percaya, pilihan ada di kalian.

Atmosfer Banjar

Pancuran

Kolam utama

Penampakan kamar 20ribu

That's what friends are for

Mafia Makau nih..


Berhenti sejenak di TN Bali Barat

Waktu yang sudah tidak memungkinkan hanya membuat kami berhenti sejenak di TN Bali Barat tanpa sempat mengeksplor lebih jauh. Padahal tempat ini jadi primadona di Bali Barat. Bagaimana tidak? Pulau Menjangan yang jadi spot snorkeling dan diving sudah sangat mendunia. Habitat aseli burung paling cantik nan eksotik seantero Bali, Jalak Bali, yang masih alami juga ada di sini. Belum lagi ditambah keanekaragaman hayati lainnya yang ada di sini. Sayaaaaang, gue dan temen-temen gak punya waktu, walhasil cuma singgah sebentar. Setelah itu kami melanjutkan menyusuri bagian barat Bali untuk kembali ke selatan.

Dermaga Pulau Menjangan

Menjangan Jungle & Beach Resort

Taken pic together

Bali never fail. Yap, itu yang gue rasain selama gue menjelajah Bali, kemanapun itu, ngapain ajah, makan apapun yang bisa dimakan, semua punya kesan, terlepas dari oke apa enggak, setiap jengkal Bali selalu membuat gue terkesan. Abis ini mau kemana? kemana aja boleh...




Share

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raminten: A Character Becomes A Brand

Gambar
Buat yang pernah/sering maen ke Jogja pasti familiar banget sama nama ini. Namanya setenar Mirota dan memang kedua brand tersebut (Mirota dan Raminten) pemiliknya sama (salut dah sama Om Hamzah yang bisa ngebangun dua brand yang seimbang ketenarannya). Buat kalian yang belum pernah ke Jogja apalagi maen ke Raminten ini, baca deh posting an gue satu ini (atau posting an lain karya travel blogger lainnya mengenai tempat satu ini), biar ngerti kenapa tempat satu ini bisa tenar. Nama Raminten Nama Raminten itu sendiri memang terdengar unik dan juga khas Jawa. Artinya apa sih? Nah tanya sendiri ke owner -nya dah biar tau arti, makna dan filosofinya. Tapi klo yang singkatnya sih, Raminten itu tokoh yang diperankan sang pemilik di sitkom televisi lokal Jogja, bentukannya ya laki-laki yang berdandan seperti perempuan (boleh aja klo lo bilang kaya Tessy, sah aja klo lo bilang kaya waria, yang paling penting lo dapet gambarannya). Dari namanya yang ‘eye catching’ dan juga ‘ear catchin...
Baca selengkapnya

Temple of Leah

Gambar
Iya ini adalah salah satu spot yang masuk dalam itinerary gue n Tya. Temple of Leah sebenarnya bukanlah situs atau peninggalan suatu peradaban, melainkan hanya sebuah bangunan yang didedikasikan untuk Leah Villa Albino-Adarna oleh suaminya Teodorico Adarna. Bangunannya sama sekali tidak mencerminkan negara Filipina, bisa dibilang hampir seluruh unsur bangunannya bernuansa Yunani. Dengan tampilan serba besar dan mewah, dari mulai pilar, patung serta segala ornamen yang ada, bangunan ini tampaklah menarik dan mecncolok, belum lagi lokasinya yang berada di ketinggian (bisa dibilang top of Cebu City), maka bangunan ini semakin menarik perhatian. Gue sendiri kurang tahu ini bangunan sejak kapan dibuka untuk umum karena sebenarnya ini bangunan sepertinya untuk kepentingan pribadi, tapi satu yang pasti sampai pas tempo hari gue ke sana pun, belum seluruh bangunan kelar, tapi mayan lah beberapa spot tetep instagramable kok.. The Temple Guardian angel Leah View in...
Baca selengkapnya

Masjid Jamek Area

Gambar
KL lagi KL lagi.. Kayanya jadi kota favorit transit gue ini kota. Antara emang harus dan suka sik sebenernya, harus karena gue hampir selalu menggunakan jasa low cost airlines asal negeri jiran dan emang sebagian besar rute termurah adalah via KLIA. Nah selain keharusan, gue pun mengakui kalo gue suka sama kota ini, pertama-tama karena sistem transportasi yang sudah mumpuni seperti Singapura, kedua karena ragam kulinernya yang punya banyak aneka, dan yang ketiga mirip-mirip Jakarta auranya, so berasa di rumah sendiri. Semua itu kayanya gak lepas karena letak geografis dan demografi kotanya. Dekat dari Singapura, etnis serta budaya Melayu-Cina-India yang melebur jadi daya tarik tersendiri kota ini. Kuliner fusion Melayu-nya amat cocoklah buat orang Indonesia. Nah kali ini, setelah trip dari Cebu buat nonton Sinulog Festival , daerah yang gue sambangin di KL buat transit adalah Masjid Jamek. Dari namanya sudah hampir dipastikan bahwa daerah ini didominasi oleh nuansa Islam. Dan emang...
Baca selengkapnya