Pendakian Gunung Gede - Desember 2016
Gunung Gede merupakan sebuah gunung yang berada di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Gunung ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000 - 3.000 mdpl, dan berada pada lintang 106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas. (id.wikipedia.org)
View from above |
The Edelweiss |
Landscape |
Arrived at basecamp |
The one & only water source in Mt. Gede |
I'm so small |
Rencana
Yap, namanya naek gunung emang kudu direncanain, apalagi Gunung Gede yang emang bisa dibilang komersil nan canggih. Komersil karena mungkin lokasi cukup dekat dari Ibu Kota Jakarta. Banyak orang yang punya keinginan mencapai Puncak Gede ataupun menyambangi keelokan Gunung Gede lewat air terjun panas (via Cibodas) dan alun-alun (via Gunung Putri/Cipanas) yang cukup ngehits. Selain itu ada alasan lain yang bisa buat kita menarik kesimpulan kalau gunung yang satu ini komersil (sila mengikuti tulisan gue ini sampe akhir). Untuk dapet ijin nanjak (SIMAKSI lebih tepatnya), kita harus booking online (keliatan kan dimana letak kecanggihannya?). Gue dan beberapa temen (temen kuliah n temen SMA) akhirnya sepakat untuk merealisasikan wacana yang ada di bulan Desember, tanggal 16-18. Kurang lebih 1-2 bulan kami merencanakan, dari cari-cari operator (maklum mayoritas first timer nanjak gunung), persiapan fisik, nabung-nabung, nyicil-nyicil, sampe persiapan gear (olahraga satu ini bukan olahraga murah lho guys, cek aja outdoor gear yang ada). Bongkar pasang personil, akhirnya ada 8 orang sampai DP terbayar namun akhirnya 6 orang dan itu laki semua yang akhirnya confirmed buat nanjak. Operator yang kami pakai berujung pada Gamada Adventure, karena operator ini yang bisa mengusahakan kuota (Desember penuh guys, sehingga kuota cepet abis, per harinya cuma 500 orang yang diperbolehkan nanjak, 200 dari Cibodas dan 300 dari Cipanas/Gunung Putri, untungnya Gamada ini bisa mengusahakan, tentunya dengan extra cost), nyewain porter dan menyediakan mobil untuk transport ke titik basecamp. Oke, persiapan udah kelar. Bersedia.. Siapp.. Yak..
View from basecamp (left green fences) |
Masih ber-3 di meepo St. Tj. Barat |
Sedia jas sebelum hujan |
Hari H dan Nanjak-nanjak Men..
Hari H, janjian jam 10 malem meepo (meeting point) di St. Tanjung Barat, baru kumpul jam setengah 12. Gue tepat waktu, menyusul kemudian Danu n Ilham gak lama setelah gue sampe meepo. Guide plus plus, Mas Ari Yadi dateng jam 11, tapi ini 3 kacrut Arie, Monda n Teuku belum juga dateng. Di-update via WA eh taunya Monda lagi di depan rumah Arie nunggu si Arie yang ketiduran (kampret emang!), si Teuku dengan sabar menunggu jemputan Arie n Monda. Karena udah larut n kuatir gak dapet istirahat di basecamp, maka sesegera mungkin kami cuss. Isi bensin, langsung ngetol, ternyata ada untungnya kami jalan larut malam, perjalanan kami tanpa dihiasi kemacetan/kepadatan yang berarti. Jam 2an sampe basecamp, kami yang laper mengisi perut, unloading carrier-carrier, dan akhirnya istirahat.
Jalur awal: kebun sayur |
Pos 1: pelang Gn. Gede |
Wefie tengah hutan pake action cam |
Lepas subuh dan kedinginan di basecamp, akhirnya mata kami melek semua. Menyesuaikan suhu badan dengan kondisi lapangan, bongkar muat, sarapan (saran gue klo kalian sarapan di basecamp mending yang fresh langsung dibuat macam mie instan atau nasgor soale gorengan n lauk pauk di sana anyep saking dinginnya), sholat, lalu kami bersiap. Repacking carrier, check recheck logistik dan perlengkapan pribadi, siapin gear dan berangjak (berangkat nanjak). Waktu menunjukan hampir pukul 9, setelah pemanasan, kamipun berangkat dari basecamp menuju pos SIMAKSI untuk clean n clear perijinan. Lanjut berjalan di perkebunan penduduk sekitar yang masih landai, berlanjut jalan menanjak terus sampai ketemu sungai kecil di tengah track. Di sini si Danu masih belum panas, butuh banyak istirahat/berhenti. Lanjut track menanjak yang cukup menguras tenaga sampai Pos 1 dimana terdapat pelang tanda masuk TNGP (Taman Nasional Gede Pangrango). Istirahat, atur napas, atur ritme jalan, perlahan tapi pasti kami meniti langkah menanjak sampai pada Pos 3 (shelter bayangan), di sini kami istirahat agak lama untuk mengisi perut kami, karena sudah waktunya makan siang. Lanjut lagi melangkah menapaki jalan menanjak yang hampir gak ada bonus (landai). Gerimis kecil dan angin mengiringi kami sepanjang perjalanan. Kondisi lelah, akhirnya pada suatu titik teman kami, Monda, hampir tidak kuat meneruskan perjalanan, beberapa dari kami jalan duluan, sebagian bersama Monda dan guide. Setelah diberi doping berupa oksigen, lanjut berjalan, namun kembali berhenti. Sampai pada satu waktu, gue n Teuku memutuskan untuk coba menyusul Arie, Danu n Ilham yang sudah di depan, dengan asumsi bisa ketemu porter kami, Bang Ali, untuk minta tolong membantu Monda. Sampai Simpang Maleber, shelter terakhir sebelum tempat kami akan berkemah, kami berlima (gue, Arie, Teuku, Ilham n Danu) istirahat n makan Pop Mi* di warung tenda. Warung? iya, warung, inilah kenapa gue sebut ini gunung komersil. Di atas ada warung yang berbentuk tenda yang jual Pop Mi*, emang mahal, 15 rebu, tapi untuk sebuah perjuangan ke sini ya wajar, kalo kata Ilham 'ya masih murah lah dibanding bandara' (iya juga sik). Tak disangka dan tak dinyana, gak lama berselang, Monda terlihat bersama guide kami, Mas Ari Yadi. Wew.. kami semua terkejut dan otomatis tertawa sambil ngenyek. Monda langsung bilang ke gue 'parah lo yas, Oxyca* lu embat ya? sialan..' gue pun nimpalin 'ya pan maksud gue ke atas duluan biar bisa nyamper Bang Ali buat bantuin elu, Oxyca* kebawa Mon' yang lain pun cuma bisa ketawa sambil memuji Monda 'wah keren lo Mon, kuat juga!' 'Ude, Pop Mi* dulu lah..'. Akhir kata Monda bilang 'abis gak ada pilihan, klo bergerak, jantung gue gak kuat, klo diem bisa hypo, ya udah gue jalan aja, untung bapak-bapak yang botak tadi cerita mulu, jadi gak berasa'. Setelah itu pun kami semua mengisi perut dengan Pop Mi* dan kami pun melanjutkan perjalanan yang ternyata masih harus menguras fisik dan mental menuju basecamp tenda, Alun-alun Suryakencana. Dengan kondisi letih, pegal, kedinginan dan asupan oksigen yang menipis di atas ketinggian lebih dari 2.500 mdpl, kami terus dan terus menapaki tanjakan yang berkesan tiada habisnya. Dan kira-kira hampir pukul 6 sore, tibalah kami di Alun-alun Suryakencana, kondisi saat kami tiba amat berkabut dan berangin. Bahu gue berasa abis, mayan bawa perlengkapan pribadi plus air 4,5 liter. Tanpa berlama-lama, kami menuju tenda yang sudah didirikan oleh Bang Ali, dan masuk merapikan barang-barang kami. Diselimuti kelelahan dan kedinginan, sebagian besar dari kami masuk sleeping bag untuk istirahat. Bang Ali dan Mas Ari Yadi masak, setelah itu kami makan di tengah terpaan angin yang cukup kencang, bbbbrrrr... Teuku, Arie, Danu n Ilham nampaknya masih berbagi kehangatan di dalam tenda alias bobo, akhirnya gue, Monda, Bang Ali n Mas Ari Yadi makan duluan untuk menjaga badan dari dinginnya angin n juga supaya tidak sakit. Lanjut menyelimuti diri, gantian yang baru bangun buat makan malam.
Pic taken by guide |
Nanjak, nanjak, nanjak.. |
Pasukan nasi bungkus |
Semaaangaaaattt!! |
Vegetasi |
Bang Ali siap-siap masak dalem tenda |
Summit Attack and Going Down
Kira-kira subuh, dari tenda kami mendengar rombongan sebelah istighfar 'Astaghfirullah' 'Subahanallah', nampaknya tenda tetangga terkena serangan badai kecil di luar sana. Namun kami juga tidak beranjak karena menahan dinginnya terpaan angin di dalam sleeping bag. Beruntung tenda kami terlindungi fly sheet dan juga semak-semak yang mengurangi dampak hembusan angin di tengah badai kecil, sehingga tidak mengalami kejadian seperti tetangga. Pagi itu kira-kira jam 6, alun-alun masih berselimutkan kabut, tidak banyak orang yang keluar tenda, bahkan kami tidak berniat melanjutkan perjalanan ke puncak (summit attack), namun kira-kira jam 7, tiba-tiba cahaya masuk ke dalam tenda, artinya di luar terang. Yap, cahaya membuat kami bersemangat keluar, dan setelah keluar tenda, yeaayy... hari yang cerah buat summit attack. Akhirnya kami memutuskan untuk summit attack. Sayang Monda n Teuku tidak ikut, Monda kecapean, Teuku gear-nya basah n kuatir kena angin malah sakit. Kami berlima (gue, Arie, Ilham, Danu n guide mas Ari Yadi) langsung cuss berjalan menyusuri jalan di tengah Alun-alun Suryakencana menuju jalur puncak Gede. Di tengah perjalanan Ilham sempat ragu untuk muncak, tapi karena gue, Danu n Arie belum pernah ke puncak Gede maka semangat kami mengalahkan rasa lelah dan kuatir, Ilham pun akhirnya menemani. Sampai puncak pukul setengah 9, kami membatasi waktu hingga pukul 9 karena kami belum sarapan, belum packing, dll. Sayang saat itu di puncak penuh kabut dan berangin, sehingga tidak dapat melihat view sekitar. Turun dari puncak, gue coba buat turun dengan lari, less than 14 minutes gue sampe Alun-alun Suryakencana, kira-kira menunggu sendiri di situ 15 menit sampai Ilham, Arie, Danu dan Mas Ari Yadi muncul. Kami berlima kembali menuju tenda sembari ambil gambar. Sesampainya di tempat kami berkemah, view di ujung alun-alun amat indah, tanpa pikir panjang kami ambil gambar. Kelar foto-foto, kami menuju tenda dan sambil packing kami main kartu. Sarapan jadi, kami sarapan lalu packing. Kelar final packing kami berfoto ria untuk terakhir kalinya dalam perjalanan ini di Alun-alun Suryakencana.
Penampakan tenda setelah badai kecil |
After little thunderstorm |
Ramean di tenda biar anget |
Walk and walk.. |
Wefie team summit attack |
Keep move forward |
And the sun with us |
Covered by stone |
Yeeeeaaayyy... |
Mas Ari Yadi & Danu side by side |
The bros |
Summit! |
Wefie dulu lah... |
Puncak Gn. Gede (2.958 mdpl) |
Going back to basecamp |
Setelah kelar berfoto ria, kami langsung turun gunung. Selama perjalanan turun ini kami ditemani hujan, enaknya kondisi saat itu tidak begitu berangin seperti berangkat sehingga kami tidak kedinginan. Kelompok mulai terbagi menjadi 2 ketika Danu dan Ilham jalan duluan. Gue, Arie, Monda n Teuku di belakang bareng guide. Gue n Teuku gantian bawain waist bag-nya Monda. Gue sendiri di tengah perjalanan turun mengalami sakit di bagian belakang lutut (kayanya efek lari dari summit ke alun-alun, sialan) sehingga harus jalan pelan-pelan dan dibantu trekking pole (thanks Teuku uda minjemin, bantu banget). Perjalanan berlanjut terus turun menuju basecamp. Begitu hampir keluar hutan dan melihat samar-samar perkebunan penduduk, kami (gue, Arie, Monda n Teuku) pun makin bersemangat untuk segera sampai. Sepanjang perjalanan kami selalu bersenda gurau untuk menghilangkan rasa letih dan juga pegal, akhirnya kami berempat dan Mas Ari Yadi sampai di basecamp, dan sudah ada Danu n Ilham yang kurang lebih setengah jam yang lalu sudah sampai duluan. Kami langsung bebenah diri, ganti pakaian yang basah, merapikan barang-barang dan menghilangkan dahaga kami. Hari sudah semakin gelap dan ketika semua siap, kami pun berangkat menuju mobil, dan sh*t! pintu belakang tempat carrier gak bisa ditutup, kurang lebih setengah jam stuck, akhirnya ada orang (penduduk sekitar kayanya) membantu dan akhirnya problem solved. Setelah itu kami loading carrier ke mobil dan langsung berangkat turun pulang. Di tengah jalan kami mampir ke sebuah resto Sunda untuk makan malam. Kelar makan malam kami melanjutkan perjalanan hingga hari mau berganti kami sampai di rumah masing-masing dengan selamat.
Soe Hok Gie banget? |
When the sky is like a painting |
Souvenir: with edelweiss |
Iklan dikit: Gamada Adventure |
Biar di gunung, tetep main kartu |
Well, let's do our style |
Turun, turun.. |
Kebun sayur cakep |
Indonesia bagus! |
Komentar
Posting Komentar