Stasiun Tugu | Malioboro | Beringharjo | Mbah Cemplung

Stasiun Tugu

Ini merupakan stasiun utama di kota Yogyakarta. Selain Tugu, kota Yogya juga punya stasiun kereta lain, yaitu Lempuyangan, tapi di sini gue gak akan bahas Lempuyangan. Bisa dibilang stasiun Tugu ini salah satu ikon di Yogyakarta. Bangunannya yang khas dan beberapa ciri lainnya seperti tugu kereta dan rel yang melintang di tengah parkiran dan jalur masuk ke stasiun menjadikannya sebuah stasiun yang unik. Rel melintang? Masa iya? Ya sila datang sendiri klo ga percaya.. Lucu deh pas ada kereta masuk lewat rel yang melintang ini, orang-orang yang lagi jalan di parkiran mau gak mau harus minggir, dan sepertinya hanya di stasiun Tugu yang sikonnya kaya gini. Letak stasiun Tugu ini amatlah strategis, dekat pusat perbelanjaan dan wisata seperti Malioboro, Pasar Beringharjo, Sarkem (wisata plus plus nih, wkwkwk..), Kraton, alun-alun, dll.

Jogjaaa...

Me in the mid of hooded women

Belakang kami: kereta liwat parkiran

Malioboro, Yogya’s shopping street

Siapa sih yang gak tahu Malioboro? Kayanya seantero Indonesia udah pada tahu deh, entah emang udah pernah ke sana atau cuma liat di TV. Kayanya tiap ada laporan langsung (live report) dari Jogja dari reporter TV manapun itu, hampir dipastikan Malioboro-lah yang jadi obyek laporan. Malioboro udah kaya sentral-nya wisata di Jogja, padahal sepanjang jalan yang ada cuma barang dagangan, barang dagangan dan barang dagangan. Ya karena kondisi itulah gue bilang Malioboro tuh shopping street-nya Jogja. Jalan yang terbentang sekitar 1 km  dari titik nol kota Jogja (Perempatan Pos, BNI dan Monumen Serangan Umun Satu Maret) hingga Stasiun Tugu Yogyakarta ini sudah pasti penuh dengan wisatawan di musim liburan. Gak usah musim liburan, pas musim duren atau musim layangan aja rame, apalagi musim liburan. Dipastikan kalian bakal stuck berkendara ataupun uyel-uyelan (et dah jawa banget yak? buat yang ga ngerti uyel-uyelan, itu tuh artinya desak-desakan) di sepanjang jalan klo kalian lewat atau berkunjung ke situ pas musim liburan.

Bakul kopi josss..

Wefie di depan Malioboro

Arangnya jangan dimakan bro!

Jl. Malioboro

Nice spot to take a pic

Antara Tugu-Malioboro

Beringharjo

Pasar tradisional ini adalah pasar yang paling gede seantero Jogja. Letaknya yang sangat strategis juga membuat pasar ini terkenal. Klo kalian pencinta batik (kaya gue.. jeileh, ngaku-ngaku.. ya at least gue suka pake, bedain lah pencinta sama kolektor), wajib hukumnya klo ke Jogja buat mampir ke pasar ini. Yap klo lo mau hunting batik murah, ya di Pasar Beringharjo inilah tempatnya. Emang kudu rela ngeluarin keringet dikit, plus jalan, plus desak-desakan, plus gerah, plus sumpek dikit (lah ini banyak plus-plusnya, kalah salon n pijet, ehehe) karena situasi pasar yang penuh pedagang dan konsumen, jalan dan koridor yang sempit, trus ga ada AC. Tapi dijamin lo bakal puas dengan harga dan kualitas barang yang lo dapet, murah sih tapi kagak murahan. Di sini juga banyak penjaja makanan dan minuman segar, jadi lo gak usah kuatir bakal pingsan karena kelaperan atau dehidrasi.

Depan Pasar Beringharjo

Bakul dawet

We are here...

Mbah Cemplung

Ini apa lagi? Si Mbah dibawa-bawa.. Siapa tuh? Yang pasti bukan mbah gue.. Mbah Cemplung ini adalah nama warung ayam goreng. Klo kalian pencinta kuliner trus doyan jalan-jalan dan udah pernah ke Jogja, rasanya Ayam Goreng Mbah Cemplung ini gak asing di telinga kalian. Klo kalian belom pernah kemari atau belom pernah denger, jangan ngaku traveler pencinta kuliner sejati. Gue sendiri kemari karena diajak sahabat gue n bininya yang aseli kelahiran Jogja, Arie n Wita, pas libur lebaran. Waktu itu klo gak salah ada peringatan berapa hari-nya nenek gue, trus pas banget sama libur lebaran dan gue bingung mau ngapain di Jakarta, trus skalian nemenin nyokap n adek gue, gue jalan dah ke Jogja. Eh tetiba temen gue kontak gue, dia n bininya ternyata lebaran pulkam, trus diajak jalan deh. Jadilah gue ke sini untuk pertama kalinya ngerasain ayam goreng paling enak sejagad raya ini, ya ini subjektif gue, soale sampe sekarang kayanya belom ada yang bisa nandingin rasa ayam kampung dan sambelnya yang mak nyusss...

Ayam Goreng Mbah Cemplung

Yummy...

Makan-makan meeennn..

Stasiun checked, jalan checked, pasar checked, warung makan checked. Kira-kira mau check-in kemana lagi ya? Hotel? Hahaha.. We’ll see.. kemana aja boleh..

Note: karena keterbatasan gambar yang kurang mendeskripsikan tempat-tempat di atas, maka ada kemungkinan postingan ini akan di-update di kemudian hari jika blogger main atau pulkam ke Jogja lagi








Share

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raminten: A Character Becomes A Brand

Gambar
Buat yang pernah/sering maen ke Jogja pasti familiar banget sama nama ini. Namanya setenar Mirota dan memang kedua brand tersebut (Mirota dan Raminten) pemiliknya sama (salut dah sama Om Hamzah yang bisa ngebangun dua brand yang seimbang ketenarannya). Buat kalian yang belum pernah ke Jogja apalagi maen ke Raminten ini, baca deh posting an gue satu ini (atau posting an lain karya travel blogger lainnya mengenai tempat satu ini), biar ngerti kenapa tempat satu ini bisa tenar. Nama Raminten Nama Raminten itu sendiri memang terdengar unik dan juga khas Jawa. Artinya apa sih? Nah tanya sendiri ke owner -nya dah biar tau arti, makna dan filosofinya. Tapi klo yang singkatnya sih, Raminten itu tokoh yang diperankan sang pemilik di sitkom televisi lokal Jogja, bentukannya ya laki-laki yang berdandan seperti perempuan (boleh aja klo lo bilang kaya Tessy, sah aja klo lo bilang kaya waria, yang paling penting lo dapet gambarannya). Dari namanya yang ‘eye catching’ dan juga ‘ear catchin...
Baca selengkapnya

Temple of Leah

Gambar
Iya ini adalah salah satu spot yang masuk dalam itinerary gue n Tya. Temple of Leah sebenarnya bukanlah situs atau peninggalan suatu peradaban, melainkan hanya sebuah bangunan yang didedikasikan untuk Leah Villa Albino-Adarna oleh suaminya Teodorico Adarna. Bangunannya sama sekali tidak mencerminkan negara Filipina, bisa dibilang hampir seluruh unsur bangunannya bernuansa Yunani. Dengan tampilan serba besar dan mewah, dari mulai pilar, patung serta segala ornamen yang ada, bangunan ini tampaklah menarik dan mecncolok, belum lagi lokasinya yang berada di ketinggian (bisa dibilang top of Cebu City), maka bangunan ini semakin menarik perhatian. Gue sendiri kurang tahu ini bangunan sejak kapan dibuka untuk umum karena sebenarnya ini bangunan sepertinya untuk kepentingan pribadi, tapi satu yang pasti sampai pas tempo hari gue ke sana pun, belum seluruh bangunan kelar, tapi mayan lah beberapa spot tetep instagramable kok.. The Temple Guardian angel Leah View in...
Baca selengkapnya

Masjid Jamek Area

Gambar
KL lagi KL lagi.. Kayanya jadi kota favorit transit gue ini kota. Antara emang harus dan suka sik sebenernya, harus karena gue hampir selalu menggunakan jasa low cost airlines asal negeri jiran dan emang sebagian besar rute termurah adalah via KLIA. Nah selain keharusan, gue pun mengakui kalo gue suka sama kota ini, pertama-tama karena sistem transportasi yang sudah mumpuni seperti Singapura, kedua karena ragam kulinernya yang punya banyak aneka, dan yang ketiga mirip-mirip Jakarta auranya, so berasa di rumah sendiri. Semua itu kayanya gak lepas karena letak geografis dan demografi kotanya. Dekat dari Singapura, etnis serta budaya Melayu-Cina-India yang melebur jadi daya tarik tersendiri kota ini. Kuliner fusion Melayu-nya amat cocoklah buat orang Indonesia. Nah kali ini, setelah trip dari Cebu buat nonton Sinulog Festival , daerah yang gue sambangin di KL buat transit adalah Masjid Jamek. Dari namanya sudah hampir dipastikan bahwa daerah ini didominasi oleh nuansa Islam. Dan emang...
Baca selengkapnya