Dieng Culture Festival VII 2016 | Day 2

Mari kita lanjutkan trip DCF VII 2016 ini. Perjalanan hari kedua dimulai dari trekking Bukit Sikunir dan diakhiri dengan pelepasan lampion dan pesta kembang api di Kompleks Candi Arjuna.

Trekking Bukit Sikunir

Sebelum pukul 3 pagi sudah harus bangun. Masalah? Masalah sih sebenarnya, tetapi demi melihat salah satu sunrise terbaik di Pulau Jawa, hal itu gak kami jadikan masalah. Yang jadi masalah ketika orang TO (trip operator) belum siap padahal sopir bus kasih info bisa jadi macet parah di jalan menuju Bukit Sikunir, setelah nego dan orang TO datang, sekitar jam 3 liwat kami berangkat, naik bus sekitar setengah jam, kemudian lanjut dengan trekking sekitar satu jam (sudah termasuk antri sepanjang jalan menuju puncak bukit, hahaha saking ramenya gan..), sampailah kita di Puncak Bukit Sikunir. Ekspektasi gue bakal nemuin sesuatu yang magical, tetapi ternyata warna-warna yang ada di otak gue ternyata gak keluar, ya belom rejeki, tapi no problem, keindahan yang ada di Bukit Sikunir masih bisa membuat gue bersyukur jadi orang Indonesia, betapa baiknya Tuhan kasih Indonesia alam macam ini.

Starlights above, flashlights below

Siluet dan semburat

Sikunir's morning colors


Sang fajar

Mt. Prau from Sikunir

Bro in the dark

Sunlight line

Hike hike hike..!!

Wefie on top


Ternyata di belakang penuh orang

Must have pic with background like this

Walking under light and shadow


Lake view from Sikunir

Musik hiburan

Dingin, laper, jajan..

Batu Ratapan Angin dan Dieng Plateau Theater

Kelar trekking, balik homestay lalu sarapan, kelar sarapan molor lagi, bangun-bangun uda jam makan siang, lho ini kok agendanya jadi makan-tidur-makan? Tenang, kelar makan siang udah harus siap-siap menuju Batu Ratapan Angin. Nah starting point nanjak ke batu yang sebenarnya bukit ini adalah Dieng Plateau Theater. Biarpun jadi starting point, kami gak ke DPT dulu melainkan naik ke bukit dulu baru ke teater buat nonton film dokumenter tentang Dataran Tinggi Dieng. Batu Ratapan Angin ini view-nya ca’em, sayang cuaca kembali gak oye.  Ada beberapa spot yang jadi hot spot buat ambil gambar, tapi gue dan kawan-kawan sendiri memilih untuk ke titik tertinggi di bukit ini (depan starting point Jembatan Merah Putih). Dari Batu Ratapan Angin inilah kita bisa lihat Telaga Warna tepat di bawah sana. Nah sedangkan DPT, kayanya emang pengelolaannya seadanya, ya tapi lumayan, dari film yang ditonton yang kemungkinan dibuatnya pas jaman gue SD (90an), bisa dapet beberapa info mengenai Dataran Tinggi Dieng ini.

Area parkir DPT

Dieng Plateau Theater

You can do flying fox here

Take some pics together with drone

Jembatan Merah Putih

Nice view behind us

Kawah Sikidang

Sikidang hey dari Laut Jawa, sikidang hey dari Selat Sunda, eh bukan itu ya? Sikidang njot enjotan (eh jayuss, maap..). Sikidang merupakan salah satu kawah aktif terbesar yang ada di kawasan Dieng. Walaupun masih aktif, tapi kawah satu ini aman buat dikunjungi karena tempatnya yang amat sangat terbuka, sehingga kadar CO2 yang ada tidak cukup membahayakan. Tapi buat kalian yang punya riwayat penyakit pernapasan, tetep ya hati-hati dan jaga-jaga, salah satunya bisa dengan mengenakan masker (jangan masker bengkoang yee..). Ada beberapa hal yang bikin gue sedikit kecewa ketika berada di sini. Pertama, sampah-sampah kecil, sebenarnya kecil sih tapi buat gue lumayan ganggu, semoga bisa jadi perhatian lebih buat semua yang berkepentingan di sana. Kedua, burung hantu sebagai obyek foto (cuma bisa ngebatin 'duh kesian, mereka kan nocturnal'). Gue gak mau menyalahkan mereka yang menjadikan burung hantu sebagai alat untuk mencari uang (gue juga kurang tahu apa burung hantu termasuk hewan langka/dilindungi), akan tetapi alangkah baiknya bila ada aturan main atau kesepakatan dari pihak pengelola pariwisata, Pemda, masyarakat setempat, dan juga wisatawan sehingga ada keseimbangan antara alam dan manusia (misal: dibuat Sikidang evening/night tour, jadi burung hantu bisa tuh jadi obyek foto, manusia tetep bisa cari makan, burung hantu pun mukanya gak kaya dipaksa begadang, setuju?).

Spot near entrance

Sikidang crater landscape

The active crater


Ala-ala Syahrini nu?? *I'm free!

Crater from above

Begaya dulu


Bikin cover album bro sis?

Dissapear in smoke

Bauuukkk...!!

Jazz Atas Awan Day 2

Deretan musisi jazz silih berganti, bergulir, dari hari pertama sampai dengan hari kedua. FYI, MC di Jazz Atas Awan ini super gokil. Lawakannya oke banget, dari mulai ngebahas bahasa, ngebanyol nama artis sampe nyambung-nyambungin lagu iklan TV sama lagu-lagu populer. Gak cuma itu, di hari kedua ini, ternyata penonton mendapat kejutan dari bintang tamu yang dirahasiakan oleh pihak panitia. Dan ternyata Anji-lah yang keluar saat itu dengan sejumput (kagak full gan..) single barunya yang berjudul Dia. Sorak-sorai penonton sontak membuat riuh suasana. Tak sedikit dari penonton langsung berdiri, yang kemudian duduk lagi karena MC ngomong 'klo yang depan berdiri yang belakang gak bisa liat'. Malam itu kami disuguhkan tembang-tembang cinta baik yang menginspirasi bikin semangat sampe yang mellow ngenes oleh Anji dan sahabatnya sang gitaris Irvan Borneo. Sepertinya suhu di bawah 10°C tidak membuat kami freezing karena tembang-tembang yang dibawakan membuat hangat suasana. Ada satu tembang, tepatnya puisi yang dimusikalisasi sama Anji dan Irvan yang bikin gue kebawa (ciyeee curcol..lho?), judulnya Bulan, Embun dan Kamu. Peucaah lah Jazz Atas Awan atau Jazz Kemulan Sarung di hari kedua ini.

The crowd

Chit chat

Stage lighting on

Keluarlah si Anji

Terus semua pada berdiri

Anji on stage

Pelepasan Lampion dan Pesta Kembang Api

Nah klo yang satu ini agenda yang ditunggu-tunggu sama semua orang nampaknya. Gue sendiri cuma excited buat ambil gambar karena tau klo setiap lampion yang kita terbangin bakal jadi sampah, but on my side it’s still okay karena kan cuma setahun sekali (pembelaan). Gue dan temen-temen juga cuma nerbangin 2 dari 9 lampion yang didapet (ya mudah-mudahan sih bisa mengurangi). Satu sisi lain, lampion ini dipercaya orang sebagai media menyampaikan harapan mereka supaya bisa terkabul. Di sini sebelum nerbangin lampion, ada kejadian yang gak ngenakin, adek-nya Tijo, si Ratna, kepalanya hampir kebakar kena lampion yang semestinya belum boleh diterbangin. Dan, you know what, pak polisi yang ada di sekitar situ gak ngapa-ngapain coba (ya maklum, kata temen gue si Ayie, itu polisi masih ganteng), padahal jelas-jelas parah. Tanpa bermaksud membela satu pihak, please kalian-kalian yang mungkin akan dateng tahun depan, nyalain dan lepasin lampion pada saatnya, di saat semua orang aware akan lampion yang terbang, jadi gak membahayakan orang yang lagi duduk tenang dan gak aware akan lampion yang tetiba dateng dari belakang. Tidak hanya lampion, kembang api pun turut menghangatkan malam itu. Biar ada kekekurangan sana-sini, so far, ini momen yang oke banget buat ambil gambar, menikmati keindahan langit (buat nembak atau ngelamar juga oke, eeaaaa...) and it was great to experience the moment.

Sending our wishes

Let's do it together

Light up the night


Fireworks

Under 10°C but still warm

The venue from far

Sekian hari kedua yang membawa malam dingin menjadi hangat dan romantis. Dalam perjalanan pulang ke homestay (jalan kaki sekitar 2 km), kami menemukan antrian kendaraan yang panjang sepanjang-panjangnya, kami pulang pukul 00.00 lewat dan pagi harinya dapet info dari orang-orang klo semalam macetnya baru terurai jam setengah 3 pagi, wew. Mari kita tutup mata sejenak demi menjelang esok hari. Keep update on maukemanaajaboleh










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raminten: A Character Becomes A Brand

Temple of Leah

Masjid Jamek Area